Gunung
Indonesia
Krakatau
Lampung
Laut
Pantai
Sumatra
Traveling
Krakatoa, tragedi yang menggemparkan dunia
Terletak di Selat Sunda antara pulau Jawa dan
Sumatera menjadikan gemuruh letusan Krakatau terdengar sampai radius lebih dari
4600 km dan menyebabkan perubahan iklim global bumi. Dunia merasakan siang
harinya gelap selama 2 ½ hari akibat debu vulkanis yang menutupi
atmosfer.
Tepat 130 tahun lalu setelah letusan tersebut akhirnya
bisa mengunjungi tempat ini. Untuk menekan biaya pengeluaran, kami bergabung
dengan rombongan lain dari situs backpacker Indonesia yang sedang melaksanakan open
trip kesana.
Kami pun berkumpul didepan salah satu restoran siap
saji di Pelabuhan Merak pukul 01.00 dini hari sebelum menyebrang ke Pelabuhan
Bakauheni. Ternyata disana tidak hanya rombongan kami, ada beberapa rombongan lainnya
yang tujuannya ke beberapa pulau dipesisir lampung seperti Kiluan dan Pahawang.
Dari Pelabuhan Bakauheni kami diantarkan menuju
Dermaga Canti, Kalianda, Lampung Selatan menggunakan angkutan sewaan. Dari
dermaga inilah sebenarnya perjalanan baru dimulai. Terlihat diujung dermaga,
dua kapal penumpang dengan setia menanti kami untuk menemani mengarungi lautan.
Bagi yang mudah mabuk laut dan tidak terlalu suka
aroma solar disarankan duduk diatap kapal. Namun, gunakan sunblock untuk mengurangi terbakarnya kulit oleh sengatan langsung
matahari.
Sebelum
menuju ke Pulau Sebesi, kami mampir terlebih dahulu ke pulau tak berpenghuni.
Sebuku Kecil dan Sebuku Besar. Di pulau ini memiliki karakteristik pantai pasir
putih, dengan berbagai puing karang disekitar pantai serta air laut jernih
dengan gradasi biru yang memanjakan mata. Namun anda harus berhati-hati saat
snorkling, jangan sampai tubuh anda gatal-gatal karena diserang ubur-ubur.
Di
pulau Sebesi sendiri merupakan salah satu pulau besar yang berpenghuni. Banyak
rumah warga yang dapat dijadikan tempat menginap (homestay) selama anda
berwisata ke krakatau. Biasanya disetiap penginapan dapat diisi sekitar 8-10
orang. Yang perlu diingat bahwa listrik di pulau ini hanya hidup selama 6 jam
dari pukul 18.00 – 24.00. Jadi pastikan anda membawa colokan cabang bila tidak
ingin berebutan saat men-charger gadget masing-masing selama menginap di pulau
ini.
Menjelang sore kami beranjak menuju pulau
Umang-Umang, hanya sebentar waktu yang ditempuh untuk ke pulau ini. Saat
mencapai bibir pantai kita akan disambut pasir putih dengan karang yang
berserakan. Namun tidak perlu begitu kecewa, ternyata dipulau ini terdapat dua
sisi pantai yang berbeda.
Dengan sedikit berjalan melewati pasir berkarang,
kita akan disuguhkan kecantikan tersembunyi dari pulau umang-umang. Pasir putih
yang lembut dengan beberapa batu besar yang sedang bergumul membuat kita wajib
akan datang kembali.
Satu persatu pintu penginapan diketuk oleh para
pemandu dipagi dingin itu. Dalam suasana gelap tidak
mematahkan semangatku untuk segera bangun dan bersiap-siap menuju Gunung
Krakatau sebelum matahari terbit. Duduk di atap kapal selalu menjadi favoritku.
Apalagi udara dipagi itu masih terasa segar. Namun kondisi perairan laut tidak
begitu bersahabat selama perjalanan yang membuat beberapa penumpang terasa
mual.
Disepanjang bibir pantai Krakatau mempunyai
karakteristik pasir berwarna hitam yang membedakan dengan pantai manapun, pasir
hitam ini terhampar hingga lereng Gunung Anak Krakatau. Namun para pengunjung
sudah tidak dapat mendaki hingga puncak gunung Krakatau karena aktivitas gunung
Krakatau. Untuk mencapai puncak bayangan Krakatau diperlukan semangat yang
cukup besar karena tekstur tanah berpasir dilereng terjal disertai udara
bercampur belerang. Akan tetapi semuanya terbayarkan ketika melihat pemandangan
sekeliling dari atas.
Tak jauh dari pulau Krakatau terdapat Pulau Rakata
yang disalah satu sisinya terdapat spot terbaik untuk snorkeling yang terkenal
dengan Lagoon Cabe. Laut biru kehijauan dengan pepohoan yang rindang dari Pulau
Rakata menyapa kami dari kejauhan. Selama snorkeling ditempat ini terlihat
ikan-ikan berlari diantara terumbu karang yang begitu mempesona. Namun ombak
disini cukup besar membuat tenaga cukup terkuras.
0 comments